Analyzed document: Naskah 820.docx Licensed to: Husien Al Habsyie
TEE and encoding:
DocX n/a
Detailed document body analysis:
Top sources of plagiarism:
45
Processed resources details:
77 - Ok /
2 - Failed
UACE: UniCode Anti-Cheat Engine report:
Active References (Urls Extracted from the Document):
Detailed document analysis:
https://doi.org/10.57216/pah.vxxix.xxx
“INTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER DARI TRADISI BUKA LUWUR MBAH ROGO MOYO DESA KALIWUNGU DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR”.
Ashlih Wilda1, Erik Aditia Ismaya2, Diana Ermawati3 1,2,3Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus
e-mail: 202033065@std.umk.ac.id Abstract: This study aims to explore the integration of character values from the Buka Luwur Mbah Rogo Moyo tradition in Desa Kaliwungu into civic education at the elementary school level. The tradition highlights values such as religiosity, tolerance, discipline, patriotism, social concern, and responsibility through various ritual and social activities performed by the local community. The research uses a narrative qualitative approach, employing data collection techniques such as observations and interviews with tradition participants to identify how these values can be integrated into character education in schools. The results indicate that the
Buka Luwur Mbah Rogo Moyo tradition is not only a moment of religious celebration but also a rich source of civic values relevant for elementary education. The conclusion of this study is that the Buka Luwur Mbah Rogo Moyo
tradition in Desa Kaliwungu provides a rich context for integrating character values into civic education at the elementary school level, such as religiosity, tolerance, and responsibility. This tradition not only strengthens students' understanding of these values but also offers a tangible and relevant learning experience to shape students' character. Keywords: Local Tradition; Civic Education; Character Values; Buka Luwur Mbah Rogo Moyo Abstrak:
“Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi integrasi nilai-nilai karakter dari tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu dalam pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar, Tradisi tersebut menyoroti nilai-nilai seperti religiusitas, toleransi, disiplin, cinta tanah air, peduli sosial, dan tanggung jawab melalui berbagai kegiatan ritual dan sosial yang dilakukan oleh masyarakat setempat”.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif naratif, teknik pengumpulan data yang digunakan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap partisipan tradisi untuk mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran karakter di sekolah. “
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo bukan hanya sebagai momen perayaan keagamaan, tetapi juga sebagai sumber pembelajaran yang kaya akan nilai-nilai kewarganegaraan yang relevan untuk pendidikan di SD, Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu menyediakan konteks yang kaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar, seperti religiusitas, toleransi, dan tanggung jawab, Tradisi ini tidak hanya memperkuat pemahaman siswa tentang nilai-nilai tersebut, tetapi juga menawarkan pengalaman belajar yang nyata dan relevan untuk membentuk karakter siswa”. Kata Kunci :Tradisi Lokal; Pendidikan Kewarganegaraan; Nilai-Nilai Karakter; Buka Luwur Mbah Rogo Moyo, PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman adat istiadat. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat berbagai suku, budaya, dan tradisi yang mencerminkan identitas dan karakter bangsa (Sari & Kurnia, 2022). Keberagaman ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, menunjukkan betapa beragamnya cara hidup dan kepercayaan masyarakat di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki tradisi dan adat istiadat yang unik, yang
diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Nadiroh, Purbasari, & Ermawati, 2023). Adat istiadat adalah serangkaian kebiasaan, aturan, dan norma yang berkembang dalam suatu masyarakat sebagai hasil dari warisan budaya dan sejarah.
Adat istiadat mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan yang dianut oleh suatu komunitas (Rosyid, 2022). Definisi adat istiadat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
“tata cara dan kebiasaan yang diwarisi secara turun-temurun dalam suatu masyarakat”.
Adat istiadat tidak hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga menjadi pedoman
dalam kehidupan sehari-hari, membentuk cara pandang dan perilaku masyarakat. Adat istiadat memainkan peran penting dalam
mempertahankan keutuhan sosial dan kebersamaan dalam suatu komunitas. Melalui adat istiadat, norma-norma dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dapat terus dipelihara dan dijalankan (Sahara & Susanto, 2023). Adat istiadat juga berfungsi sebagai sarana edukasi, mengajarkan generasi muda tentang sejarah, tradisi, dan nilai-nilai luhur yang harus dijaga (Gofur, Auliya, & Nursikin, 2022). Dengan demikian, adat istiadat berperan penting dalam membentuk karakter dan identitas suatu masyarakat. Salah satu tradisi yang masih ada pada masyarakat Jawa hingga saat ini adalah Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo. Bahkan, tradisi ini sudah mendarah daging sehingga menjadi tradisi yang diadakan setiap tahunnya bagi masyarakat Desa Kaliwungu. Tradisi Buka Luwur merupakan salah satu budaya sakral masyarakat yang dilestarikan dan diwariskan secara turun-temurun untuk menghormati Mbah Rogo Moyo sebagai leluhurnya (Farihah & Ismanto, 2019).
“Setiap tahunnya, masyarakat Winong mengadakan tradisi untuk mengenang perjuangan Mbah Rogo Moyo. Setiap tanggal 13 Syuro, diadakan tradisi haul yang dilaksanakan di makam Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu dengan mengadakan Buka Luwur (pergantian luwur) (Friyadi, 2022)”.
“Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo adalah sebuah acara yang mencerminkan rasa hormat dan penghargaan masyarakat terhadap leluhur mereka, Dalam acara ini, masyarakat berkumpul di makam Mbah Rogo Moyo untuk melakukan serangkaian ritual yang sakral, Pergantian luwur atau kain penutup makam menjadi inti dari tradisi ini, simbol dari penghormatan dan doa kepada leluhur (Nikmah, 2023)”.
“Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat, mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas (Muqtafia, Fardani, & Ermawati, 2023)”.
Tradisi Buka Luwur tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan kebudayaan, tetapi juga mengandung berbagai nilai karakter yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Nilai-nilai seperti rasa hormat, gotong royong, dan kebersamaan tercermin dalam setiap rangkaian acara Buka Luwur (Dherby, 2023). Masyarakat bersama-sama mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari persiapan kain luwur hingga pelaksanaan acara, menunjukkan pentingnya kerjasama dan solidaritas. Selain itu, nilai kesederhanaan dan keikhlasan juga terlihat dalam tradisi ini, di mana masyarakat dengan tulus ikhlas melaksanakan ritual tanpa pamrih (Mundakir & Hidayat, 2020). Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam tradisi Buka Luwur ini sangat relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk generasi muda yang memiliki karakter yang baik, seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan kebersamaan i (Mauladah, Ismaya, & Fardani, 2022). Dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dari tradisi Buka Luwur, siswa dapat belajar mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan budaya, serta memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Andriani et al., 2023). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 22 Desember 2023, wawancara dengan Bapak Miran selaku juru kunci
makam Mbah Rogo Moyo menunjukkan bahwa tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo ini merupakan salah satu tradisi yang berkembang di Desa Kaliwungu, tepatnya berada di Dukuh Winong. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo
dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada tanggal 13 Syuro, tanggal di mana beliau meninggal, dengan diperingati acara kirab dan berbagai pertunjukan lainnya di Dukuh Winong. Observasi dan wawancara ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya tradisi ini bagi masyarakat setempat, serta nilai-nilai karakter yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Untuk mengenang dan memperingati jasa Mbah Rogo Moyo dalam menyebarkan agama Islam di Desa Kaliwungu, tradisi Buka Luwur digelar setiap tahun. Menariknya, Mbah Rogo Moyo tidak hanya dikenal karena keahliannya dalam ilmu agama, tetapi juga karena kepiawaiannya dalam pertukangan, seperti membuat rumah adat joglo pencu. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo ini mengandung nilai-nilai karakter penting yang relevan bagi kehidupan masyarakat, terutama bagi
anak-anak sekolah dasar. Dalam konteks pendidikan, penelitian yang berfokus pada Tradisi Buka Luwur di Desa Kaliwungu, Kabupaten Kudus, menjadi sangat relevan. Anak-anak sekolah dasar di Desa Kaliwungu
merupakan subjek yang tepat untuk penelitian ini, karena banyak dari mereka sudah terlibat aktif dalam tradisi tersebut, seperti mengikuti kirab budaya yang menjadi bagian meriah dari acara Buka Luwur. Penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini seperti yang dilakukan Labibah (2022) dengan judul
“Nilai-Nilai Pendidikan Islam Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus di Desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”.
“Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) makna dari tradisi buka luwur merupakan penggantian kain kelambu area makam Sunan Kudus, acara tradisi buka luwur upaya untuk mendoakan, menghormati, meneladani ajaran-ajaran dan mencari keberkahan dari Sunan Kudus, Bagi masyarakat Desa Kauman pelaksanaan Tradisi buka luwur merupakan hal yang dianggap suatu kuwajiban”.
2)
“keunikan/kekhasan dari tradisi buka luwur Sunan Kudus yaitu Bubur Asyura hal yang tidak pernah ketinggalan pada saat acara tradisi Buka Luwur Sunan Kudus berlangsung yang dibuat dari berbagai macam bahan biji-bijian dan ditambah dengan aneka bahan kudapan”.
3)
“Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Buka Luwur Sunan Kudus meliputi: Nilai peduli sosial, nilai tanggungjawab, nilai gotong royong, nilai religius, nilai tahlil, nilai sedekah, nilai rasa syukur, nilai persatuan dan kesatuan”.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2021) dengan judul
“Pelestarian Tradisi Buka Luwur: Studi Budaya di Makam Sunan Kudus Jawa Tengah”.
“Hasil penelitian menunjukkan Tradisi Buka Luwur memiliki ciri khas, yaitu pembagian bubur Asyura, nasi jangkrik, pertunjukan seni Islam yang ditampilkan kepada publik, dan pergantian luwur lama dengan yang baru, Hiasan luwur meliputi melati, unthuk banyu, kompol, dan lipatan, Oleh panitia, luwur lama dipotong-potong dan dibagikan kepada warga Desa Kauman dan tamu yang menghadiri Buka Luwur, Tradisi ini masih dilestarikan oleh pengurus Masjid al-Aqsa Kudus dan masyarakat Desa Kauman serta warga Kudus dan sekitarnya untuk menghormati jejak sejarah islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Kudus di wilayah Kudus
pada masa kesatuan”. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian dengan judul
“Integrasi Nilai-Nilai Karakter Dari Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo Desa Kaliwungu Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar”.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi integrasi nilia-nilai karakter dari tradisi buka luwur mbah rogo moyo dalam pendidikan kewargganegaraan di sekolah dasar”.
“Penelitian ini dilakukan di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus,
dengan fokus pada analisis nilai-nilai karakter dalam Tradisi Buka Luwur Makam Mbah Rogo Moyo sebagai sumber pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk anak-anak SD”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis data menggunakan pendekatan naratif. Pendekatan kualitatif ini menekankan pada pemahaman mendalam terhadap konsep yang diteliti secara empiris, dengan teknik pengumpulan data berupa deskripsi dan dokumentasi dari kegiatan observasi (Sugiyono, 2022). Data yang dikumpulkan meliputi transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, serta gambar atau foto yang relevan. Data kualitatif ini terdiri dari dua jenis utama: data primer, yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi; serta data sekunder, yang diperoleh tidak langsung dari sumber yang telah ada sebelumnya. Untuk memastikan keabsahan data, penelitian ini menggunakan empat kriteria yang telah ditetapkan: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
“Analisis data dilakukan menggunakan model analisis data interaktif oleh Miles dan Huberman, yang meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi atau penyimpulan (conclusion drawing)”.
“Nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD menekankan nilai karakter seperti religius, toleransi, disiplin, cinta tanah air, peduli sosial, dan tanggung jawab, seperti yang terungkap dari hasil penelitian berikut ini”.
“Karakter religius dalam pelaksanaan tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu
terlihat dari aspek-aspek prosesi dan aktivitas yang dilakukan, Tradisi dimulai dengan kirab dari Masjid Alit Darul Istiqomah, dimulai dengan doa dan dzikir bersama, Masjid menjadi pusat kegiatan, menandakan peran penting tempat ibadah dalam tradisi ini, Saat mengganti kain luwur, masyarakat desa melakukan doa bersama di makam Mbah Rogo Moyo, memohon berkah dan perlindungan dari Allah SWT”.
“Pengajian umum sebelum prosesi ini menunjukkan kedalaman tradisi dalam praktik keagamaan sehari-hari, Kegiatan seperti khotmil Qur’an bil ghaib di Masjid Alit Darul Istiqomah dan khotmil Qur’an bin nadlor di makam Mbah Rogo Moyo menegaskan pentingnya membaca dan menghafal Al-Qur'an sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi ini”.
Anak-anak sekolah yang ikut serta dalam acara ini diajarkan untuk menjalankan sholat berjamaah dan mengaji, membentuk kebiasaan religius sejak dini. Menurut Wahyuni (2021), Pendidikan Karakter adalah usaha terencana untuk memperbaiki karakter dan melatih kemampuan intelektual peserta didik dalam proses sosialisasi. Dalam konteks ini, tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo berperan sebagai sarana terencana untuk mendidik dan memperkuat karakter religius anak-anak dan masyarakat, melalui praktik keagamaan yang konsisten dan mendalam. Selain itu, sesuai dengan Utomo (2013) yang mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya untuk membentuk warga negara yang dewasa secara politik dan aktif dalam sistem politik, tradisi ini juga mendukung pembentukan karakter religius sebagai bagian dari pembelajaran kewarganegaraan dengan membangun komitmen religius dan sosial di kalangan generasi muda. Dengan tradisi ini, nilai-nilai seperti kebersamaan dalam beribadah, penguatan iman, dan penghormatan terhadap ulama dan leluhur diterapkan dan diwariskan kepada generasi muda, menciptakan komunitas yang kuat berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Karakter Toleransi Karakter toleransi tercermin dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu melalui partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan latar belakang agama atau budaya. Meskipun berasal dari budaya Islam, seluruh masyarakat desa, termasuk yang beragama non-Islam, ikut serta dalam merayakan dan menjalankan tradisi ini. Kebersamaan dalam merawat warisan budaya dan nilai-nilai tradisional menunjukkan sikap inklusif dan toleran terhadap perbedaan di masyarakat. Peserta kirab dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan dari setiap RT, sekolah, dan warga, bersama-sama menghormati dan menghargai warisan budaya mereka. Kegiatan santunan bagi yatim piatu yang merupakan bagian dari tradisi ini juga menunjukkan empati dan toleransi terhadap sesama, memperkuat hubungan sosial antar individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, tradisi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami pentingnya toleransi dan menghargai keberagaman dalam masyarakat. Mereka dapat melihat bagaimana Desa Kaliwungu bersatu dalam merayakan tradisi ini tanpa memandang perbedaan agama atau budaya. Kegiatan santunan bagi yatim piatu juga memberikan pelajaran tentang empati dan kepedulian sosial terhadap sesama, yang merupakan aspek penting dari karakter kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Karakter Disiplin Karakter disiplin tercermin dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu melalui keteraturan dan ketertiban dalam setiap tahapan acara. Dari persiapan hingga pelaksanaan, semua kegiatan dilakukan sesuai jadwal yang ketat. Peserta dari setiap RT, sekolah, dan warga mematuhi aturan yang diberikan oleh panitia pelaksana dengan tanggung jawab penuh. Karakter disiplin juga terlihat dalam keterlibatan aktif setiap individu dalam menjalankan tugasnya dengan penuh kesungguhan. Tokoh agama, kepala desa, bupati, atau warga biasa bertanggung jawab atas bagian mereka dalam merayakan dan menjaga tradisi ini dengan dedikasi tinggi, sehingga acara dapat berjalan lancar dan sukses. “Selain itu, karakter disiplin tercermin dalam patuh terhadap aturan dan norma sosial yang berlaku selama pelaksanaan tradisi, Peserta menghormati tradisi dan menjaga ketertiban dalam setiap kegiatan, Mereka menyadari bahwa kesuksesan acara ini bergantung pada disiplin kolektif seluruh peserta, Tradisi
Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu bukan hanya momen perayaan keagamaan, tetapi juga pembelajaran penting tentang karakter disiplin bagi siswa dalam pendidikan kewarganegaraan di SD”.
“Menurut Wahyuni (2021), Pendidikan Karakter ialah usaha terencana untuk memperbaiki karakter peserta didik melalui sosialisasi, Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo mencerminkan usaha terencana dalam mendidik karakter toleransi dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan, serta mengajarkan empati melalui kegiatan sosial”.
Dalam hal ini, pendidikan karakter melalui tradisi ini mendukung pelatihan kemampuan intelektual dan sosial peserta didik. Sejalan dengan Utomo (2013), pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang dewasa dan aktif dalam sistem politik. Tradisi ini mendukung pembentukan karakter kewarganegaraan yang bertanggung jawab dengan mengajarkan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman, sekaligus mempersiapkan siswa untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang pluralistik. Melalui partisipasi dalam tradisi ini, siswa belajar tentang pentingnya keteraturan, ketertiban, dan kedisiplinan dalam menjalankan setiap tahapan acara dengan baik. Peserta dari berbagai lapisan masyarakat menunjukkan kedisiplinan dengan mematuhi aturan dan jadwal yang ketat, menjalankan tugas mereka dengan tanggung jawab dan kesungguhan, sehingga acara berjalan lancar dan sukses. Siswa dapat belajar bahwa disiplin tidak hanya tentang ketaatan terhadap aturan, tetapi juga tentang tanggung jawab kolektif dalam menjaga tradisi dan kebiasaan yang ada. Karakter Cinta Tanah Air Karakter cinta tanah air tercermin dengan kuat dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu. Meskipun berakar dari nilai-nilai keislaman, seluruh masyarakat desa turut serta dalam merayakan dan menjalankan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan sejarah lokal mereka. Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga dan merawat warisan budaya ini mencerminkan rasa cinta dan kebanggaan mereka terhadap tanah air. Para peserta dari berbagai kelompok usia dengan semangat berkontribusi dalam setiap tahapan acara, menunjukkan kesetiaan mereka pada budaya dan tradisi yang membangun identitas lokal mereka. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo tidak hanya sebagai momen perayaan keagamaan, tetapi juga pembelajaran penting dalam membentuk karakter cinta tanah air di kalangan siswa, terintegrasi dalam pendidikan kewarganegaraan di SD. Peserta tradisi ini, tanpa memandang perbedaan agama atau budaya, menunjukkan cinta dan kesetiaan mereka pada tanah air dan budaya lokal melalui partisipasi aktif. Siswa belajar bahwa cinta tanah air melibatkan penghargaan dan perawatan terhadap warisan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas mereka sebagai warga Desa Kaliwungu. Menurut Wahyuni (2021), Pendidikan Karakter merupakan usaha terencana untuk memanusiakan manusia dan memperbaiki karakter melalui sosialisasi. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo mencerminkan usaha tersebut dengan mengajarkan cinta tanah air melalui pelestarian dan perayaan warisan budaya lokal, yang membantu siswa membentuk karakter dan identitas mereka. Selaras dengan Utomo (2013), Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang dewasa dan aktif dalam sistem politik. Tradisi ini mendukung pendidikan kewarganegaraan dengan memperkuat rasa kebanggaan dan dedikasi terhadap tanah air, mengajarkan siswa tentang tanggung jawab mereka sebagai warga negara yang berkontribusi dalam melestarikan budaya lokal dan membangun identitas nasional. Dengan demikian, tradisi ini efektif dalam membentuk karakter siswa, menguatkan rasa kebanggaan dan dedikasi mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Karakter Peduli Sosial Karakter peduli sosial tercermin dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah kegiatan santunan untuk anak yatim yang menjadi bagian tak terpisahkan dari acara tradisi ini. Dengan menyelenggarakan santunan, masyarakat Desa Kaliwungu menunjukkan kepedulian mereka terhadap individu-individu yang membutuhkan, seperti anak-anak yatim piatu, serta memberikan dukungan moral dan materi kepada mereka. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo juga memberikan kesempatan bagi masyarakat desa untuk saling berbagi dan membantu sesama melalui kegiatan selametan bubur syuro dan pengajian. Kegiatan ini memperkuat ikatan sosial antar individu dan kelompok dalam masyarakat serta membantu mempererat hubungan di antara warga Desa Kaliwungu. Tradisi ini tidak hanya sebagai momen perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi pembelajaran penting dalam membentuk karakter peduli sosial di kalangan siswa, terintegrasi dalam pendidikan kewarganegaraan di SD. Menurut Wahyuni (2021), Pendidikan Karakter merupakan usaha terencana dalam sosialisasi untuk memperbaiki karakter dan melatih kemampuan peserta didik. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo mendukung usaha ini dengan mengajarkan sikap peduli sosial dan empati melalui kegiatan berbagi dan dukungan sosial. Selaras dengan Utomo (2013), Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang dewasa dan aktif. Tradisi ini mendukung pendidikan kewarganegaraan dengan memperkuat nilai-nilai peduli sosial dan empati, yang penting dalam membangun hubungan sosial yang harmonis dan aktif dalam masyarakat. Melalui partisipasi dalam tradisi ini, siswa dapat belajar secara langsung tentang pentingnya sikap peduli dan empati terhadap sesama dalam membangun hubungan harmonis di tengah-tengah masyarakat. Mereka juga dapat mengenal lebih dekat nilai-nilai saling berbagi dan membantu sesama yang tercermin dalam kegiatan selametan bubur syuro dan pengajian. Karakter Tanggung Jawab Karakter tanggung jawab tercermin dalam tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu melalui partisipasi aktif dan keterlibatan penuh masyarakat dalam menjaga, merawat, dan melaksanakan setiap tahapan acara dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi. Tradisi ini, yang diwariskan secara turun temurun, mengajarkan setiap individu dalam masyarakat untuk bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan dan kemurnian tradisi tersebut. Dalam setiap prosesi pelaksanaan tradisi, seperti penggantian kain luwur, masyarakat Desa Kaliwungu melibatkan berbagai pihak seperti juru kunci, tokoh agama, kepala desa, dan bupati untuk memastikan kelancaran dan keberhasilan acara sesuai dengan adat dan tradisi yang berlaku. Kegiatan rutin seperti kebersihan kubur juga menunjukkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan sekitar dan warisan leluhur, menjaga kebersihan serta menghormati nenek moyang mereka. Menurut Wahyuni (2021), Pendidikan Karakter merupakan usaha terencana untuk memperbaiki karakter dan melatih kemampuan intelektual peserta didik dalam proses sosialisasi. Tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo mendukung usaha ini dengan menanamkan nilai tanggung jawab melalui pelaksanaan acara yang melibatkan seluruh masyarakat. Sejalan dengan Utomo (2013), Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang dewasa secara politik. Tradisi ini memberikan pelajaran praktis tentang tanggung jawab sebagai bagian integral dari identitas budaya, yang memperkuat kesadaran dan partisipasi aktif siswa dalam komunitas mereka. Siswa dapat belajar bahwa menjaga, merawat, dan melaksanakan setiap tahapan acara dengan tanggung jawab adalah bagian integral dari mempertahankan identitas budaya dan sejarah lokal mereka. Tradisi ini tidak hanya sebagai perayaan semata, tetapi juga memegang makna mendalam dalam membangun kebersamaan dan solidaritas di masyarakat. PEMBAHASAN Dalam hasil penelitian ini, tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu menunjukkan nilai-nilai karakter yang sangat relevan dalam konteks pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar. Salah satu nilai karakter yang dominan adalah karakter religius, yang tercermin dalam setiap aspek pelaksanaan tradisi ini. Misalnya, tradisi dimulai dengan kirab dari Masjid Alit Darul Istiqomah, diawali dengan doa dan dzikir bersama, menandakan pentingnya tempat ibadah dalam kehidupan masyarakat desa. Proses penggantian kain luwur juga diawali dengan doa bersama di makam Mbah Rogo Moyo, memperlihatkan penghormatan dan kepatuhan terhadap tradisi keagamaan yang turun-temurun. Relevan dengan pendapat Sabrina, dkk (2021) yang mengungkapkan kegiatan seperti khotmil Qur’an dan pengajian umum menegaskan nilai-nilai kebersamaan dalam beribadah dan pentingnya penghormatan terhadap ulama dan leluhur, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pembentukan karakter religius siswa . Selain karakter religius, karakter toleransi juga sangat terlihat dalam tradisi ini. Meskipun berakar dari nilai-nilai Islam, tradisi ini melibatkan seluruh masyarakat desa tanpa memandang perbedaan agama atau budaya. Kebersamaan dalam merayakan dan menjalankan tradisi ini mencerminkan sikap inklusif dan toleran terhadap perbedaan, yang merupakan pelajaran penting bagi siswa tentang nilai-nilai keberagaman dalam masyarakat. Contoh nyata dari toleransi adalah partisipasi semua lapisan masyarakat dalam menjaga warisan budaya bersama, tanpa terpengaruh oleh perbedaan latar belakang agama atau budaya (Maharani, Rondli, & Ermawati, 2023). Karakter disiplin juga tercermin kuat dalam setiap tahapan acara tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo. Dari persiapan hingga pelaksanaan, semua kegiatan dilakukan dengan ketertiban dan keteraturan yang tinggi. Setiap peserta, dari tokoh agama hingga warga biasa, mematuhi aturan dan jadwal dengan penuh tanggung jawab untuk menjaga kelancaran acara. Menurut Ningrum, dkk (2020) kedisiplinan kolektif ini menjadi contoh baik bagi siswa tentang pentingnya keteraturan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun dalam menjaga tradisi dan kebiasaan budaya. Pentingnya cinta tanah air juga terpancar dalam tradisi ini. Meskipun berakar dari nilai-nilai keagamaan, partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dan merawat warisan budaya lokal menunjukkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah air mereka. Sejalan dengan pendapat Purwantiningsih (2019) bahwa etiap individu dari berbagai usia dan latar belakang dengan semangat berkontribusi dalam menjalankan tradisi ini, menunjukkan dedikasi mereka pada budaya dan sejarah lokal yang membangun identitas komunitas mereka. Karakter peduli sosial tercermin dalam kegiatan santunan dan selametan bubur syuro yang diselenggarakan sebagai bagian dari tradisi ini. Masyarakat Desa Kaliwungu menunjukkan kepedulian mereka terhadap individu yang membutuhkan, seperti anak yatim piatu, dengan memberikan dukungan moral dan materi. Seperti yang diungkapkan Agustina (2022) bahwa kegiatan dalam masyarakat dapat memperkuat ikatan sosial antar individu dan kelompok dalam masyarakat serta memberikan pembelajaran penting bagi siswa tentang empati dan kepedulian terhadap sesama. Terakhir, karakter tanggung jawab tercermin dalam keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kelangsungan dan kemurnian tradisi ini. Setiap individu merasa bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka dengan kesadaran tinggi, mulai dari persiapan hingga pemeliharaan setelah acara selesai. Melalui tradisi ini, siswa dapat belajar bahwa tanggung jawab tidak hanya terbatas pada tugas pribadi tetapi juga pada kontribusi kolektif dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat mereka (Sholikin, Fajrie, & Ismaya, 2022). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo di Desa Kaliwungu tidak hanya merupakan perayaan keagamaan, tetapi juga merupakan sumber pembelajaran
nilai-nilai karakter yang penting dalam pendidikan kewarganegaraan di SD. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai seperti religiusitas, toleransi, disiplin, cinta tanah air, peduli sosial, dan tanggung jawab
dengan cara yang konkret dan terukur. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga, merawat, dan melaksanakan setiap tahapan acara menunjukkan pentingnya nilai-nilai tersebut dalam membangun komunitas yang kuat dan harmonis. Bagi siswa, tradisi ini memberikan kesempatan untuk belajar langsung tentang pentingnya menjaga tradisi, menghormati perbedaan, dan membentuk karakter yang bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama serta lingkungan sekitar. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa aspek untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang pengaruh tradisi Buka Luwur Mbah Rogo Moyo terhadap pendidikan karakter di sekolah DAFTAR RUJUKAN “Agustina, Naila Intan Muna, Ismaya, Erik Aditia, & Pratiwi, Ika Ari (2022) Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Karakter Peduli Sosial Anak. Jurnal Basicedu
". https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2465 "
D
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
herby, Galang (2023), Nasi Berkah Sego Jangkrik Dalam Acara Buka Luwur Haul Sunan Kudu
s
". An-Nuur. https://doi.org/10.58403/annuur.v13i1.211 "
F
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
arihah, Irzum, & Ismanto, Ismanto, (2019) Buka Luwur as A Media of Education and Social Solidarity of Kudus Communit
y
". Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam. https://doi.org/10.21154/altahrir.v19i1.1568 "
F
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
riyadi, Arif (2022), Tradisi Buka Luwur: Potret Living Hadis pada Haul Sunan Kudu
s
". Nabawi: Journal of Hadith Studies. "
G
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
ofur, Muhammad Abdul, Auliya, Muhamad Fahmi Ridho, & Nursikin, Mukh (2022), Konsep Dasar Pendidikan Multikultural, Sinar Dunia: Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Ilmu Pendidika
n
". https://doi.org/10.58192/sidu.v1i4.323 "
L
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
5%
4%
4%
0.3%
abibah, Ayyidul (2022), Nilai-Nilai Pendidikan Islam Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus di Desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudu
s
". Repository IAIN Kudus. "
Maharani, Maulidya Shofia, Rondli, Wawan Shokib, & Ermawati, Diana (2023), Analisis Integrasi Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas IV SD 3 Robayan
". JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(4), 2519–2526. https://doi.org/10.54371/jiip.v6i4.1869 "
Mauladah, Monika, Ismaya, Erik Aditia, & Fardani, Much Arsyad (2022), Nilai Karakter Pada Tradisi Rebo Wekasan Di Masyarakat Desa Jepang
". Jurnal Prakarsa Paedagogia. https://doi.org/10.24176/jpp.v5i1.7148 "
M
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
4%
undakir, & Hidayat, Aat (2020), Islamic shari’a configuration of buka luwur tradition in kudu
s
". Qudus International Journal of Islamic Studies. https://doi.org/10.21043/QIJIS.V8I1.7999 "
M
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
4%
uqtafia, Afi Choirina, Fardani, Much Arsyad, & Ermawati, Diana (2023), Analisis Sikap Toleransi Melalui Budaya Sekolah di SD 1 Bakalan Krapya
k
". Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru. https://doi.org/10.51169/ideguru.v8i3.695 "
N
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
4%
adiroh, Siti Milkhatun, Purbasari, Imaniar, & Ermawati, Diana (2023) Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila Berbasis Budaya Literasi di SDN 1 Brantaksekarjat
i
". Journal on Education. https://doi.org/10.31004/joe.v5i3.1651 "
N
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
4%
ikmah, Faridhatun (2023), Public perception of the myth in traditional objects at the Buka Luwur ceremony of the Sunan Kudus tom
b
". SHAHIH: Journal of Islamicate Multidisciplinary. https://doi.org/10.22515/shahih.v8i1.5892 "
N
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
4%
ingrum, Retno Wulan, Ismaya, Erik Aditia, & Fajrie, Nur (2020), Faktor – Faktor Pembentuk Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Dalam Ekstrakurikuler Pramuk
a
". Jurnal Prakarsa Paedagogia, 3(1). https://doi.org/10.24176/jpp.v3i1.5105 "
P
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
4%
eby Andriani, Ryan, Fardani, Much. Arsyad, & Ermawati, Diana (2023) Analisis Dampak Penggunaan Gadget Pada Karakter Peduli Sosial Ana
k
". Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 9(04), 862–873. https://doi.org/10.36989/didaktik.v9i04.1649 "
P
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
14%
13%
10%
9%
9%
9%
8%
4%
urwantiningsih, Ary, Permana, Septian Aji, & Ismaya, Erik Aditia (2019), Pendidikan Karakter Bagi Generasi Milenial Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosia
l
". Universitas Terbuka, Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Muria Kudus, (0291), 268–273. "
R
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
osyid, Moh (2021), Pelestarian Tradisi Buka Luwur: Studi Budaya di Makam Sunan Kudus Jawa Tenga
h
". Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology). https://doi.org/10.24114/antro.v6i2.18077 "
R
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
3%
osyid, Moh (2022) Symbolic Meaning of Buka Luwur: a Historical and Cultural Study of Sunan Kudus Grave. El Harakah: Jurnal Budaya Isla
m
". https://doi.org/10.18860/eh.v24i2.17130 "
S
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
3%
abrina, Unsa, Ardianti, Sekar Dwi, & Ermawati, Diana, (2021) Kendala dalam Menumbuhkan Karakter Religius Anak Usia Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid 1
9
". Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.1233 "
S
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
3%
ahara, Anastasia Regita Rintan, & Susanto, Clarissa Aurelia, (2023). Eksistensi Hukum Adat Dalam Mempertahankan Kearifan Lokal di Era Modern MOTEKAR: Jurnal Multidisiplin Teknologi Dan Arsitektu
r
". https://doi.org/10.57235/motekar.v1i2.1308 "
S
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
3%
ari, Den Ayu Putri Pandan, & Kurnia, Ita (2022), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Keragaman Budaya Indonesia Melalui Tiktok pada Kelas V Sekolah Dasa
r
". Jurnal Basicedu. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3686 "
S
70%
49%
24%
20%
17%
17%
17%
17%
16%
14%
13%
11%
10%
9%
9%
9%
8%
8%
5%
4%
3%
holikin, Muhammad, Fajrie, Nur, & Ismaya, Erik Aditia, (2022), Nilai Karakter Anak Pada Permainan Tradisional Gobak Sodor dan Egrang". Jurnal Educatio FKIP UNMA. https://doi.org/10.31949/educatio.
v8i3.3035 Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Bandung Alfabeta.
Disclaimer:
This report must be correctly interpreted and analyzed by a qualified person who bears the evaluation responsibility!
Any information provided in this report is not final and is a subject for manual review and analysis. Please follow the guidelines:
Assessment recommendations